Assalammu'alaikum wr.wb
Saya akan menjelaskan sedikit tentang Metode Sampling
PENGERTIAN SAMPLING
PENGERTIAN SAMPLING
Sampling adalah
proses dan cara mengambil sampel/ contoh untuk menduga keadaan suatu
populasi. Contoh serangga diambil dari suatu area untuk diduga berbagai
karakteristik populasinya seperti kepadatan populasi, sebarannya dalam
habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan fluktuasi jumlah serangga
menurut waktu. Penarikan contoh diperlukan karena tidak mungkin
pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan.
Sampling serangga di
penyimpanan diperlukan bagi praktisi pengendalian hama pascapanen untuk
memonitor keberadaan serangga hama pascapanen dalam hal
· Spesies
apa yang ditemukan, sehingga dapat ditentukan arti pentingnya berdasar
informasi sebelumnya tentang status hama.
· Berapa
jumlah masing-masing serangga, berguna untuk menentukan saat intervensi
pengendalian
Monitoring serangga
adalah elemen kunci dalam PHT hama pascapanen. Umumnya, sampling hama
pascapanen tidak dilakukan tersendiri tetapi merupakan bagian dari sampling
mutu bahan simpan secara umum.
KONSEP SAMPLING
Sampling dapat
dilakukan sebelum atau setelah tindakan pengendalian hama pascapanen.
Tujuan sampling hama pascapanen sebenarnya adalah untuk menentukan kapan waktu
yang tepat untuk intervensi tindakan dan untuk menentukan apakah intervensi
pengendalian telah efektif menekan populasi serangga. Tujuan ini
menentukan area sampling, peralatan sampling, cara mengumpulkan data dan
bagaimana data dianalisis. Hal pertama yang harus diketahui adalah konsep
sampling.
Unit
contoh/sampel
Unit contoh adalah fraksi dari area yang dihuni suatu populasi serangga
sasaran, yang disebut universe. Contohnya, bila sampling terhadap
permukaan stapel beras di gudang menggunakan colokan (spear), maka unit
contoh adalah kuantitas beras dalam colokan sedangkan permukaan stapel beras
adalah universe. Bila menggunakan perangkap, unit contoh sebenarnya
adalah area efektif perangkap dan durasi pemerangkapannya. Namun area
efektif suatu perangkap sulit diukur, sehingga untuk praktisnya, unit contoh
adalah perangkap.
Ukuran
unit contoh
Ukuran unit contoh ditentukan oleh peralatan yang digunakan, misalnya volume
setiap unit contoh beras tergantung ukuran spear yang
digunakan. Ukuran unit contoh harus tepat. Meskipun ukuran unit
contoh yang besar dapat mengurangi jumlah titik sampel yang diperlukan, hal ini
biasanya butuh waktu dan biaya penanganan lebih besar. Unit contoh yang
kecil dengan jumlah titik sampel yang banyak lebih efisien dan lebih
representatif, namun perlu dijaga supaya ukuran unit contoh cukup besar
sehingga masih dapat menangkap serangga dalam kepadatan populasi yang
rendah.
Saat ini telah dikembangkan standar ukuran unit contoh untuk tiap bahan
simpan. Biasanya disyaratkan 500-1000 biji untuk diamati per unit
contoh. Jumlah tersebut setara dengan berat biji tertentu seperti tersaji
di bawah ini
Biji jagung (ukuran kecil)
|
200 g
|
Biji jagung (ukuran besar)
|
250 g
|
Biji sorghum
|
25 g
|
Kacang polong (cowpea)
|
150 g
|
Butir gandum
|
25 g
|
Butir millet
|
10 g
|
Butir padi
|
15 g
|
Teknik
sampling
Teknik sampling
adalah metode yang meliputi pemilihan unit contoh yang tepat a serta proses
penarikan contoh. Unit contoh apa yang akan dipakai disesuaikan dengan
sifat bioekologi serangga. Misalnya, unit contoh berupa perangkap
berumpan hanya tepat untuk sampling serangga yang tertarik umpan
tersebut. Proses penarikan contoh bisa bisa dilakukan secara random atau
sistematik (non ramdom). Pada proses random, pemilihan titik contoh berdasarkan
tabel angka acak. Sebaliknya, titik contoh pada sampling sistematik
mengikuti aturan tertentu, misalnya jarak yang sama antar titik contoh, posisi
pengambilan sampel yang sama untuk bahan simpan yang sedang bergerak dan
lain-lain.
Statistik
Dasar
Hampir semua
hipotesis statistik berdasar pada asumsi bahwa sampel data terdistribusi
normal. Sebaran data jumlah serangga per unit contoh, lama perkembangan
hidup serangga, jumlah serangga yang mati setelah fumigasi dan sebagainya
apabila diplotkan akan menghasilkan kurva yang berbentuk seperti genta,
terutama bila unit contoh cukup besar (>30).
Apabila data
pengamatan dalam suatu unit contoh dihitung/diukur dan dilambangkan dengan x,
maka rata-rata atau mean data per unit contoh adalah:
Varian (s2) adalah jumlah kuadrat dari selisih data unit contoh (xi) dan mean, sehingga rumus sederhananya adalah
dengan n-1 derajat bebas.
Akar kuadrat dari varian (Ös2=s)
disebut deviasi standar sampel dan menunjukkan seberapa dekat mean hasil
perhitungan sampling terhadap mean populasi sebenarnya.
Program
sampling
Semua pengetahuan
terdahulu tentang sampling biasanya menghasilkan program sampling.
Program sampling menunjukkan unit contoh apa yang digunakan, berapa banyaknya
titik contoh, kapan dilakukan sampling, bagaimana distribusi spasial (dispersi
serangga), analisis statistik apa yang digunakan dan sebagainya. Program
sampling sangat berguna untuk menentukan apakah pada saat tertentu perlu atau
tidak dilakukan intervensi pengendalian. Program sampling yang
dilaksanakan dengan baik akan menjadi salah satu kunci pengendalian hama
pascapanen di penyimpanan.
PENDUGAAN KEPADATAN POPULASI SERANGGA
Secara garis besar
terdapat dua teknik pendugaan kepadatan populasi serangga di penyimpanan, yaitu pendugaan
kepadatan absolut dan pendugaan kepadatan relatif.
Selain itu, kepadatan populasi juga dapat diduga dengan mengukur
tingkat kerusakannya.
Pendugaan
Kepadatan Absolut
Pendugaan kepadatan
absolut berdasar pada jumlah absolut serangga yang ikut tertangkap dalam contoh
bahan simpan yang diambil. Alat sampling yang digunakan antara lain
berupa spear untuk bahan simpan dalam kemasan/karung,
pneumatic sampler untuk bahan simpan curahan dan pelican
sampler untuk bahan simpan curahan yang sedang bergerak.
Pendugaan kepadatan
absolut juga dapat dilakukan secara tidak langsung dengan teknik penangkapan
kembali serangga yang ditandai secara radioaktif atau fluoresen. Dengan
melepaskan sejumlah tertentu serangga yang telah ditandai, kepadatan populasi dapat
dihitung menurut rumus:
dengan Q melambangkan
kepadatan populasi, m adalah jumlah serangga ditandai yang dilepaskan, n adalah
jumlah total serangga yang tertangkap dan r adalah jumlah serangga ditandai
yang ikut tertangkap. Teknik lain menggunakan alat ayakan/saringan dan corong
Berlese.
Pendugaan
Kepadatan Relatif
Berbeda dengan
pendugaan kepadatan populasi absolut, pendugaan kepadatan relatif menggunakan
perangkap yang tidak bisa memberikan data jumlah serangga per satuan berat
bahan simpan, luas area sampling dsb. Pendugaan ini lebih tergantung pada
keefektifan alat, misalnya data dari perangkap berperekat tidak bisa
dibandingkan dengan pitfall trap. Perangkap berumpan akan
berbeda hasilnya dengan perangkap berferomon. Perangkap sebenarnya adalah
alat yang efektif untuk deteksi dan monitoring serangga pascapanen, namun data
hasil pendugaan kepadatan relatif harus dapat dikonversi menjadi data kepadatan
absolut dengan pendekatan regresi yang tepat. Pendugaan
kepadatan relatif memang lebih mudah dilakukan, tapi tanpa adanya korelasi
dengan data kepadatan absolut, data yang diperoleh tidak berarti apa-apa bagi
pengendalian.
Pendugaan
berdasar Tingkat Kerusakan yang Teramati
Selain pendugaan
kepadatan populasi absolut dan relatif, kepadatan populasi serangga juga dapat
diperkirakan dari tingkat kerusakan yang dapat diamati pada bahan simpan.
Banyaknya biji yang terserang, jejak serangga pada tepung simpanan, dan keberadaan
sutera yang dihasilkan larva ngengat dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kepadatan populasi serangga pascapanen yang menyebabkannya.
Adakalanya universe
suatu sampling sangat besar sehingga diperlukan waktu yang lama dan biaya
tinggi. Dalam kondisi seperti ini, pekerjaan sampling menjadi tidak
praktis sehingga diperlukan teknik sampling alternatif yang lebih ekonomis
namun masih dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Sejumlah teknik
alternatif itu diantaranya adalah:
· Sampling
berjenjang (Hierachial sampling), unit contoh dibagi menjadi
sub-sub unit contoh dan satu sub unit contoh dipilih untuk mewakili setiap unit
contoh.
· Sampling
berganda (Double sampling), dilakukan sampling pendahuluan
sebelum dilakukan sampling yang sebenarnya.
· Sampling
dengan intensitas berubah-ubah (Variable-intensity sampling),
sampling dilakukan lebih intensif bila hasilnya (misalnya rata-rata jumlah
serangga) mendekati nilai kritis.
METODE PENDUGAAN BINOMIAL
Seringkali keberhasilan suatu pengendalian diawali
dengan hanya mengetahui ada atau tidaknya hama pascapanen sedini mungkin.
Pendugaan yang hanya mendasarkan pada ada tidaknya serangga pada unit contoh
disebut pendugaan binomial. Unit contoh yang mengandung serangga diberi skor 1
sedangkan yang tidak ada serangganya diberi skor 0. Pengolahan data
skoring ini yang digunakan untuk menentukan urgensi intervensi
pengendalian.
Seringkali pendugaan
binomial lebih baik hasilnya bila menggunakan teknik ambang jumlah serangga per
unit contoh daripada hanya sekedar pengamatan ada atau tidaknya serangga.
Misalnya dari 30 unit contoh, suatu unit contoh dapat dinyatakan sebagai jumlah
serangga kurang dari 5 ekor, kemudian unit contoh kedua jumlah serangga lebih
dari lima ekor, begitu seterusnya. Berarti 5 ekor adalah ambang jumlah
serangga. Penentuan ambang jumlah serangga tergantung status serangga
sebagai hama dan tindakan pengendalian yang dilakukan. Sebagai contoh
ekstrim, Karantina Indonesia menentukan ambang satu ekor kumbang kapra per
kapal beras yang diimpor sebagai penentu keputusan diterima atau ditolaknya
beras tersebut masuk Indonesia. Ambang juga dapat dibuat beberapa jenjang
sehingga membentuk kategori, misalnya kategori I kurang dari 5 ekor, kategori
II antara 5 sampai dengan 10 ekor, kategori III antara 10 sampai dengan 15 ekor
dan seterusnya disesuaikan dengan implikasi tindakan yang akan diambil.
Berikut ini adalah
contoh metode yang dapat digunakan untuk pendugaan binomial yang meliputi
metode deteksi infestasi hama pascapanen secara visual, deteksi hidden
infestation dan deteksi lingkungan sekitar gudang.
Pengamatan
Visual
Pengamatan visual
sederhana kadang-kadang memenuhi keperluan deteksi serangga. Dinding
gudang biasanya bercat putih, salah satu maksudnya adalah memudahkan deteksi
hama yang secara kebetulan hinggap. Pada gudang curah, ngengat biasanya
tidak dapat menembus terlalu dalam sehingga pengamatan cukup dengan menyingkap
bahan simpan di dekat permukaan. Biasanya hama cenderung bergerombol,
sehingga keberadaan sisa-sisa metabolisme hama berupa bubuk, feses atau benang
sutera juga menjadi petunjuk lokasi keberadaan hama di penyimpanan. Pada
gudang sistem tumpuk, deteksi hama pascapanen dapat dilakukan dengan bantuan
colokan/spear/probe. Cara lain bisa menggunakan ayakan kawat
karena biasanya ukuran serangga lebih kecil dari ukuran biji.
Penggunaan perangkap
dapat mempermudah deteksi hama pascapanen secara visual. Ada beragam
jenis perangkap, secara umum terbagi menjadi
· Flight
trap, serangga tertarik dan terbang ke arahnya.
· Refuge
trap, serangga datang untuk berlindung
· Pitfall
trap, serangga jatuh ke dalamnya.
Efisiensi perangkap dapat
ditingkatkan dengan penggunaan umpan berupa makanan maupun zat atraktan.
Perangkap seperti ini dapat digunakan memonitor populasi hama bahkan dalam
tingkat kepadatan rendah.
Deteksi
Infestor Internal (Hidden Infestation)
Deteksi infestor
internal seperti Sitophilus, Rhyzopertha, dan Sitotroga sulit
dilakukan dengan pengamatan visual terutama bila populasinya kecil karena
kebiasaan hidupnya yang berada didalam biji. Oleh karena itu dikembangkan
berbagai metode deteksi khusus untuk hidden infestation:
· Teknik
pewarnaan/staining, berbagai stadia Sitophilus baik
di dalam maupun di luar biji dapat diwarnai dengan beberapa pewarna biologis
seperti acid fuchsin (warna merah) atau gentian violet(warna
ungu). Bila biji berwarna gelap, misalnya beberapa jenis sorgum, dapat
digunakan pewarna berberin suflate yang akan berpendar bila
diamati di bawah sinar UV. Sayangnya teknik ini hanya bisa untuk deteksi Sitophilus dan
tidak bisa digunakan untuk Rhyzopertha dan Sitotroga
· Metode
pengapungan, biji gandum terserang akan terapung karena adanya
rongga. Namun bila hama masih dalam stadia telur, metode ini tidak bisa
digunakan. Metode ini tidak cocok untuk biji yang telah dikupas kulitnya
seperti padi atau biji berukuran besar seperti jagung. Metode lain
yang masih termasuk pengapungan adalah dengan menghancurkan biji, kemudian
fragmen serangga yang ikut hancur diberi perlakukan sehingga terapung dan
disaring dengan kertas isap untuk diamati di bawah mikroskop.
· Pemeriksaan
radiografi (sinar X), membutuhkan investasi untuk peralatan, kamar gelap,
film. Bahan kimia, dan interpreter terlatih. Metode ini kemungkinan bisa
dikembangkan ke arah scanning komputer.
· Deteksi
suara, dengan sebuah oscilloscope suara makan dan pergerakan dapat
dideteksi. Suara Sitophilus, Rhyzopertha, dan Sitotroga di
dalam biji dapat dideteksi 13-19 hari setelah oviposisi oleh induknya.
· Pengukuran
kadar karbondioksida, dilakukan dengan analisis sinar inframerah terhadap
produksi CO2 akibat respirasi serangga dibandingkan dengan bahan simpan
standar.
· Kertas
ninhidrin, contoh biji dihancurkan dalam gulungan kertas yang diberi
perlakuan ninhidrin. Asam amino dari cairan serangga akan bereaksi dengan
ninhidrin menghasilkan bercak-bercak berwarna ungu.
· ELISA
(enzym-linked immunosorbent assay), yaitu dengan memanfaatkan antibodi yang
khusus diproduksi untuk mendeteksi myosin, protein otot serangga yang tidak
ditemukan pada biji-bijian. Tingkat kepekatan senyawa myosin-antobodi
dapat digunakan untuk menduga banyaknya serangga pada contoh biji. ELISA
dapat juga dikembangkan untuk antibodi yang spesifik bagi spesies tertentu.
· Metode
lain yang dikembangkan untuk hiden infestation antara lain
metode NMR (nuclear magnetic resonance) dan asam urat.
Deteksi hiden infestation serangga
hidup sangat penting untuk penentuan langkah pengendalian. Lebih dari
itu, deteksi untuk serangga mati pun tak kalah pentingnya karena alasan
penerimaan produk oleh pasar.
Deteksi
Hama di Lingkungan Gudang
Mengingat ada
kemungkinan masuknya hama dari lingkungan sekitar gudang ke bahan simpan,
deteksi lingkungan juga diperlukan sebagai bagian dari usaha pengendalian hama
pascapanen. Umumnya dilakukan menggunakan perangkap berumpan, baik umpan
makanan maupun zat atraktan.
DISTRIBUSI SPASIAL (POLA DISPERSI) HAMA
Pengetahuan tentang
distribusi spasial/pola dispersi hama pascapanen sering kali penting artinya
dalam pilihan pengendalian yang dilakukan. Sebagai contoh, apabila
diketahui populasi hama pascapanen cenderung bergerombol di sekitar permukaan
bahan simpan, maka pengendalian dengan iradiasi permukaan bahan simpan dapat
lebih efektif.
Pola dispersi hama
dapat dikategorikan menjadi seragam, random, atau bergerombol. Pola
dispersi ini sebagian besar disebabkan oleh perilaku serangga yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan.
Pola dispersi hama
dapat ditentukan dengan mengetahui variasi jumlah serangga antar unit contoh
dari sampling yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi.
Nilai perbandingan antara meansdan varian (s2)
menunjukkan distribusi spasial serangga apakah terkategori seragam, ramdom atau
bergerombol.
Pada populasi yang
terdistribusi seragam, terdapat semacam penolakan individu terhadap individu
lain. Populasi seperti ini dicirikan dengan selisih yang kecil antara
unit-unit contoh dengan rata-ratanya, dengan kata lain varian lebih kecil
dibanding mean (s2<). Populasi
random dicirikan dengan varian yang sama dengan mean-nya (s2=). Pada pola
ini, keberadaan satu individu serangga tidak mempengaruhi keberadaan individu
yang lainnya, baik individu itu menyingkir sehingga terbentuk pola seragam atau
tertarik sehingga terbentuk pola bergerombol. Apabila varian lebih besar
daripada mean(s2>) atau sebagian
besar unit contoh hanya berisi nol atau sedikit serangga sedangkan beberapa
unit contoh berisi banyak, maka dapat dipastikan bahwa serangga terdispersi
secara bergerombol. Hama pascapanen umumnya bergerombol di beberapa
titik, khususnya pada kepadatan populasi yang sedang hingga tinggi.
Salah satu cara untuk menentukan pola dispersi serangga adalah menggunakan
nisbah varian terhadap mean suatu sampling yang sebenarnya menentukan apakah
populasi bersifat random atau tidak . Seperti diisyaratkan sebelumnya,
nisbah varian terhadap mean kurang dari satu berarti populasi seragam, sama
dengan satu berarti random dan lebih dari satu berarti bergerombol. Untuk
menentukan apakah suatu nilai nisbah varian/mean tidak berbeda nyata dengan 1,
>1 atau <1 digunakan="" disperse="" i="" indeks="">ID1>
) yang
diformulasikan:
di mana n adalah
jumlah unit contoh, s2 dan berturut-turut
adalah varian dan mean. ID terdistribusi
menurut sebaran khi-kuadrat () dengan n-1 derajat bebas. Nilai ID hitung
berada pada selang kepercayaan yang dipilih (misalnya 90%) menunjukkan pola
dispersi random. ID kurang dari batas bawah
selang kepercayaan berarti nisbah varian/mean kurang dari satu (seragam) dan ID lebih
dari batas atas selang kepercayaan berarti nisbah varian/mean lebih dari satu
(bergerombol).
SAMPLING SEKUENSIAL
Setelah data sampling
tentang keberadaan spesies hama pascapanen, tingkat kepadatan populasi
serangga, pola distribusi spasial dan lain-lain terkumpul cukup banyak dan
dalam waktu yang cukup lama, biasanya akan dapat disusun suatu acuan untuk
melakukan sampling sekuensial, yaitu sampling yang dirancang khusus untuk
penentuan tindakan pengendalian. Seorang praktisi pengendalian hama
pascapanen akan selalu dihadapkan pada keputusan apakah akan melakukan
intervensi pengendalian atau tidak Pada saat yang sama, ia akan
berhadapan dengan dua resiko kesalahan yaitu inefisiensi tindakan pengendalian
karena sebenarnya populasi hama belum membahayakan dan resiko kehilangan hasil
simpanan bila hama pascapanen tidak dikendalikan. Sampling sekuensial
dirancang untuk meminimalkan dua resiko tersebut.
Pada sampling
sekuensial, jumlah kumulatif unit contoh dan jumlah kumulatif hasil sampling
(bisa berupa jumlah serangga dari pendugaan kepadatan populasi atau jumlah unit
contoh yang mengandung serangga dari sampling binomial) diplotkan dalam grafik
seperti di bawah ini.
Prinsipnya adalah
mengamati lebih banyak unit contoh bila populasi mendekati ambang pengendalian
dan sebaliknya. Pengamatan terus dilakukan hingga hasil sampling
menyentuh salah satu dari dua garis sejajar yang ada di tengah grafik.
Garis yang di atas adalah garis ambang tindakan, menunjukkan tingkat populasi
hama pascapanen sudah berarti secara ekonomis dan tindakan pengendalian perlu
dilakukan. Garis di bawahnya ditentukan secara arbitrer untuk
berjaga-jaga, biasanya ditentukan sekian persen dari ambang tindakan.
Apabila hasil sampling menyentuh garis yang di atas, intervensi pengendalian
sudah saatnya dilakukan. Apabila hasil sampling menyentuh garis bagian
bawah, pengendalian tidak perlu dilakukan. Kemungkinan ketiga adalah
hasil sampling tetap berada di antara dua garis ini, dalam hal ini sampling
dilanjutkan sampai unit contoh tertentu, misalnya 100 unit contoh.
Apabila tetap tidak menyentuh garis yang di atas (garis ambang tindakan), maka
pengendalian tidak perlu dilakukan.
Manfaat utama sampling
sekuensial adalah efisiensi biaya sampling dan ketepatan pengendalian hama
pascapanen. Sampling sekuensial telah banyak diterapkan untuk hama-hama
di pertanaman, sayangnya penggunaannya di penyimpanan masih terbatas.
CONTOH PENERAPAN
MONITORING
TINGKAT
SERANGAN HAMA DI GUDANG BULOG
Serangga utama yang
biasanya menyerang bahan-bahan pangan di dalam gudang adalah kumbang (Ordo
Coleoptera) dan ngengat/kupu (Ordo Lepidoptera). Kumbang mudah dilihat dan
dihitung pada stadium dewasa sedang ngengat pada stadium larva dan dewasa.
Pengamatan yang
dilakukan disini didasarkan pada pengamatan binomial, yaitu pengamatan untuk
mengetahui ada tidaknya serangga tanpa perlu mengetahui tingkat kepadatan
populasi serangga yang sebenarnya. Sejumlah modifikasi dilakukan untuk
optimalisasi hasil monitoring.
PENGAMATAN UMUM ( U).
Pengamatan dilakukan
terhadap kondisi keliling stapel dan bagian atas stapel, serta pengamatan
dilakukan pada sore hari. Hasil pengamatan dinyatakan sebagai
berikut :
a. U/T
(tidak ada) :Tidak terdapat serangga setelah diperiksa beberapa
lama.
b. U/R
(Ringan) : Terdapat serangga (dalam jumlah kecil) yang
terlihat hanya pada beberapa tempat (permukaan karung).
c. U/S
(sedang) :Terdapat serangga (dalam jumlah lebih banyak) yang
terlihat pada pelbagai tempat (permukaan karung).
d. U/B
(Berat) : Serangga segera terlihat dalam jumlah besar,
beterbangan dan bergerak merayap sekitar stapel. Serangga bergerombol dilantai
sekeliling dasar stapel dan dibagian atas stapel.
e. U/SB
(Sangat berat) :Serangga sangat banyak terdapat pada sekitar stapel
dan suaranya gemelutuk jelas terdengar dari dalam karung. Serangga mati banyak
terdapat pada lantai sekitar stapel dan bagian atas stapel.
Pada pengamatan umum
(U) untuk serangga ngengat, disamping batasan-batasan di atas, penentuan
kriteria tingkat serangan hama dapat juga memakai batasan tingkat
kerusakan yang teramatisebagai berikut :
a. U/T
(Tidak ada) : Tidak terdapat tanda-tanda serangan larva ngengat (butir-butir
putih/sisa kotoran) yang terdapat pada bagian luar karung.
b. U/R
(Ringan) : Mulai terlihat butir-butir putih/sisa kotoran dalam jumlah kecil
pada bagian luar karung.
c. U/S
(Sedang) : Terlihat cukup banyak butir-butir putih/sisa kotoran pada bagian
luar karung.
d. U/B
(Berat) : Terlihat banyak butir-butir putih/sisa kotran pada bagian luar
karung.
e. U/SB
(Sangat Berat) : Terlihat banyak butir-butir putih/sisa kotoran pada bagian
luar karung sehingga banyak tertimbun diatas lantai.
PENGAMATAN CONTOH
(C).
Pengamatan dilakukan
dengan mengambil contoh beras dari beberapa karung dipelbagai tempat dalam
stapel. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan alat pengambil contoh
beras dan ditimbang sebesar 1 kilogram. Setelah di ayak kemudian dihitung
jumlah serangga yang terdapat didalam contoh. Hasil pengamatan dinyatakan
sebagai berikut :
a. C/T
(tidak ada) : Tidak terdapat serangga hidup dari hasil pengayakan.
b. C/R
(Ringan) : Terdapat 1-2 ekor serangga hidup dalam contoh.
c. C/S
(Sedang) : Terdapat 3-5 ekor serangga hidup dalam contoh.
d. C/B
(Berat) : Terdapat 6-10 ekor serangga hidup dalam contoh.
e. C/SB
(Sangat berat) : Terdapat > 10 ekor serangga hidup dalam contoh.
Cara Pengambilan contoh
Pengambilan contoh harus dilakukan pada waktu pagi hari sampai
kira-kira pukul 13.00. Hama pascapanen pada pagi sampai siang hari
berada di dalam karung, baru sesudah kira-kira pukul 14.00 mereka keluar dari
dalam karung. Pengambilan contoh dengan menggunakan colokan (spear)
dilakukan sewaktu hama masih di dalam karung.
Besarnya contoh yang harus diambil menggunakan teknik tertentu sehingga
ekonomis, sebagai berikut.
1. Penentuan
karung yang diambil contohnya dilakukan secara random
2. Dari
setiap gudang minimal harus diambil 2 contoh @ 1 kg
3. Nilai
tingkat serangan hama adalah hasil rata-rata dari contoh-contoh (sebesar 1 kg)
tersebut.
Sekian dari saya Wa'alaikumsalam wr.wb
#Sumber: http://abank-udha123.tripod.com/sampling_dan_monitoring.htm
Sekian dari saya Wa'alaikumsalam wr.wb
#Sumber: http://abank-udha123.tripod.com/sampling_dan_monitoring.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar