Anjar Syaefa

Senin, 15 Juli 2013

3 Penyakit Sosial yang Mematikan dalam dunia maya

Assalammualaikum WR.WB
Perlu diketahui kita Manusia tidak lepas dari Hawa nafsu SOSIAL, Tapi jangan salah pahamkan dulu Mungkin Semua Orang tau bahwa INTERNET adalah media sarana yang menyambungkan kita dengan kerabat atau grup dan yang lainnya dengan tujuan bersosialisasi, banyak media yang disediakan oleh provider Website Untuk memudahkan User/Pelangganya Sebut saja Yahoo dan Google sebagai Provider E-Mail terbesar saat ini, atau Media SNS Seperi Facebook/Twitter yang sedang gencar di kalangan Remaja, dan SNS Seperti WhatsApp, Line, BBM, DLL yang tidak luput dari pandangan kita untuk Bersosialisasi, namun secara tidak Sadar dan tidak langsng kita telah dirugikan oleh Media-Media Tersebut, kita telah membuang-buang waktu kita untuk menunggu Reply dari Kerabat kita, dan itu tidak sebentar, dan yang lebih parahnya, kegiatan itu berlangsung Hari demi hari (SETIAP HARI) kenapa tidak kita PARTISI (BATASI) Sedikit/Beberapa luang waktu kita Untuk melakukan kegiatan hal lain Seperti Belajar Online, via Library Online dan melakukan kegiatan lainnya di luar Dunia Maya dan lain-lain,
Internet Sickness 1 : The Death of Thinking Skills. Meruyaknya dunia online, dan menjamurnya social media sites (think FB and Twitter and Youtube) mungkin justru telah membius thinking skills kita.

Status pendek di media social membuat kita terbiasa membaca secara ringkas dan instan. Insting kita untuk mau menekuni buku-buku serius dan panjang (yang amat dibutuhkan untuk membangun keruntutan pola pikir), pelan-pelan disapu bersih oleh ledakan status social media yang serba pendek dan dangkal. (Saya pernah menulis tragedi memilukan ini DISINI).

Generasi digital a la smartphone dan Android pada akhirnya mungkin hanya tergelincir menjadi “generasi gadget yang dangkal daya jelajah pengetahuannya”.

Buku-buku tebal terasa kian asing dalam era digital yang serba riuh oleh kicauan (noisy) dan berita-berita pendek online yang sarat sensasi. Dan dengan itu, tradisi menulis yang kokoh (yang hanya dan hanya bisa dibangun lewat ketekunan membaca) menjadi redup. Layu dan lalu semaput di pinggir jalanan.

Internet Sickness # 2 : The Rise of Digital Robbers. Benar sodara-sodara, jagat online sukses melahirkan maling-maling digital.

Sorry to ask : berapa lagu yang ada di PC, flashdisk, atau henpon Anda itu yang legal? Faktanya, data menunjukkan 80% lagu digital yang ada dalam gadget Anda itu adalah produk rampokan (di-download tanpa seijin pemilik hak ciptanya).

Dan itu sungguh bikin getir : perampok-perampok lagu digital itu bukan orang miskin dan kere. Mereka adalah orang-orang kantoran yang berdasi. Mereka saling copy paste file lagu via flash disk, dan pura-pura tidak tahu kalau lagu digital itu sebagian besar ilegal.

Dalam jagat online, berserakan ribuan lagu hasil rampokan dan juga ebook-ebook ilegal (diterbitkan tanpa seijin penulis aslinya). Para surfer yang bermental kere (maunya serba gratisan melulu) kemudian mendownload lagu-lagu dan ebook ilegal itu dengan santai.

Ladang pembantaian hak cipta yang memilukan terjadi secara masif. Luka dan tangis para pemegang hak asli karya itu berceceran dimana-mana. Dan pelaku pembantaian itu — baik yang mengupload ataupun yang tanpa merasa bersalah mendownload — adalah perampok-perampok digital dalam era modern.

(Kita sama sekali tidak berhak mengutuk koruptor sebab kita semua juga adalah maling-maling digital).

Internet Sickness # 3 :  Internet is a Productivity Killer. Berapa jam Anda online setiap harinya? Mungkin 2, 3 atau 5 jam. Dan dengan koneksi online via smartphone, maka kegiatan online itu pasti akan kian menyita banyak waktu kita.

Sayangnya, mayoritas online time spending itu hanya dihabiskan sekedar untuk “konsumsi informasi” : cek berita, cek status, lihat youtube, lalu klik link ini, link itu, dan seterusnya.

Kalaupun memproduksi konten, itu hanya sebatas update status yang isinya cuman begini : selamat ulang tahun buat kamu yang manis. Atau siang nanti baiknya makan dimana ya. Prettt.

Faktanya, gemuruh gelombang digital hanya menempatkan kita sebagai “passive digital consumers”. Kita menghabiskan ribuan jam di depan screen hanya untuk “mengunyah” tumpukan informasi yang tampaknya menggoda, namun acap tak punya substansi.

Information overload telah menyergap raga kita. Dan duka terasa kian perih karena “informasi yang terus meluber” itu juga kebanyakan bersifat dangkal.

Lalu, kalau kita menghabiskan ribuan jam di depan screen, namun hanya sekedar sebagai konsumen pasif, dan acapkali informasi yang kita kunyah itu tidak memberikan dampak positif bagi produktivitas kerja, bagi kehidupan finansial dan karir kita, jadi BUAT APA?

Itulah tiga jenis penyakit sosial dalam jagat maya. Tiga-tiganya bersifat mematikan.

Yang pertama, mematikan minat membaca buku serius dan kemudian daya nalar dan critical thinking skills.

Yang kedua, mematikan nafkah pengarang musik yang lagunya terus dicuri oleh maling-maling digital (yang berkeliaran di sudut-sudut kantor yang megah).

Dan yang ketiga, mematikan produktivitas lantaran we waste so much of our online time.
Sumber : http://strategimanajemen.net/2013/07/07/3-penyakit-sosial-yang-mematikan-dalam-dunia-maya/

Sekian Dari Saya
Maaf jika ada kata-kata yang salah
Wassalammualaikum WR.WB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar