Assalammu'alaikum Warahmaullahi Wabarakatu
Kami akan membahas Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan metode Ilmiah
KARANGAN
ILMIAH
Karangan ilmiah merukapan suatu
karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan
didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu
,disusun menurut metode tertentu dengan sistematika yang bersantun bahasa dan
isinya dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.
Tujuan dari pembuatan karangan
ilmiah :
- Memberi penjelasan
- Member komentar atau penilaian
- Memberi saran
- Menyampaikan sanggahan
- Membuktikan hipotesa
Bila fakta yang disajikan berupa
fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis
secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis
tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang
disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar
tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya
tulis non ilmiah.
CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
- Struktur Sajian
- Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi
sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian
inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
- Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah
adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal,
dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang
pertama atau kedua.
- Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya
ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur
yang baku.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH DAN NON
ILMIAH
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah
merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan
tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat
dicermati dari beberapa aspek.
- Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
- Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
- Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
SIFAT KARYA ILMIAH
Berbeda dengan tulisan fiksi
(novel, puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal sehingga harus memenuhi
syarat.Beberapa syarat tersebut adalah sebagai berikut:
- Lugas dan tidak emosional
- Maksudnya adalah karya ilmiah hanya mempunyai satu arti, tidak memakai kata kiasan, sehingga pembaca tidak mebuaat tafsiran (interprestasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada batasan (definisi) oprasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabe.
- Logis Maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. Urutan disini meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.
- Efektif Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
- Efisien Maksudnya adalah hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
- Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
KARANGAN NON ILMIAH
Karangan nonilmiah adalah karangan
yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri karangan nonilmiah:
- ditulis berdasarkan fakta pribadi,
- fakta yang disimpulkan subyektif,
- gaya bahasa konotatif dan populer,
- tidak memuat hipotesis,
- penyajian dibarengi dengan sejarah,
- bersifat imajinatif,
- situasi didramatisir, dan
- bersifat persuasif.
Contoh Karangan Nonilmiah
Dongeng, cerpen, novel, drama, dan
roman adalah contoh karangan nonilmiah. Berikut penulis kutipkan cuplikan novel
Hantu Jeruk Purut karya Yennie Hardiwidjaja dan synopsis telenovela Maria
Mercedes.
Perbedaan
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah
merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis_menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan
tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan_perbedaan yang dimaksud
dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,karya ilmiah harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua,karya ilmiah bersifat
metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah_langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga,dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata
lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.
Perbedaan_perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah
yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza
(2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan
semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan
kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus
dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu
teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan
semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah_istilah umum daripada
istilah_istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara
ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun
tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan
(preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan
ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang
tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong
karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel,
roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi
topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan
nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
Karya nonilmiah bersifat
- emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
- persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
- deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif .
- jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa
inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk
memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses
berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu
permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir
ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan,
bukan pula berdasarkan data atau fakta
khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah
nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama
harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari
pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses
berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses
berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses
berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah
hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir
dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data
empiris
Setiap metode ilmiah selalu
disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak
ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang
diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data
empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah
sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses
berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode
ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol
disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan
terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya
dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak
melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan
secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan
secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan
dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode
ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode
ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini
kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat
tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian
menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin
memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya
sendiri belum dirumuskan?
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang
telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan
hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh
karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir
ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan
yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah.
Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan
metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah,
sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa
hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan.
Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis.
Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau
menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena
itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu
menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang
tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu
penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan
ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam
berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan.
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan
sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif
secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang
tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting.
Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang
dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan
masalah yang diajukannya.
Sekian Posting Kami kali ini
Wasalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Wasalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Sumber:
http://pratamaherdian.blogspot.com/2013/04/pengertian-ciri-dan-bentuk-karangan.html
http://amynaaby.blogspot.com/2013/04/karangan-ilmiah.html
http://amynaaby.blogspot.com/2013/04/karangan-ilmiah.html
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar